Bismillahirohmaanirrohiim..
Sudah lama tidak pernah menulis, dan alasannya bisa
bermacam-macam. Dari mulai alasan yang memang sukar terhindarkan seperti
kesibukan sehari-hari, atau alasan standard seperti tidak adanya fasilitas. Tapi
yang paling substansi yaitu tidak adanya komitmen yang kuat untuk selalu
menulis.
Untuk tulisan kali ini, mungkin lebih tepat sebagai curahan
hati atas kegelisahan tentang fikiran yang terbatas yang memikirkan sesuatu
yang tak terbatas. Dan sangat mengguncang hati dan fikiran saya. Dan maaf saya
tidak bisa menuliskan secara gamblang apa yang selalu terlintas di fikiran
saya. Karena saya khawatir dan tidak ingin anda semua yang membaca tulisan ini
akan malah terguncang fikiran dan iman nya. Bisa dibilang saya tidak ingin
menyebarkan virus fikiran saya yang
akan sangat mengganggu anda semua dikemudian hari.
Sudah lama fikiran itu muncul, mungkin sejak saya SMP. Bahkan
ketika kuliah dan bertemu dengan mata kuliah Filsafat, fikiran itu seakan
menjadi-jadi. Karena biasanya mahasiswa yang baru berkenalan dengan filsafat
akan berfikiran aneh-aneh, terkadang terlalu menuhankan logika. Akan berbeda
dengan orang-orang yang sudah memahami filsafat sesungguhnya, yang seharusnya
lebih bijaksana.
Kemudian setelah saya bekerja, bahkan hingga saat ini
fikiran itu selalu ada tapi bedanya sekarang fikiran tersebut seolah punya
jawaban. Jawaban tersebut setelah saya menonton youtube tentang pemaparan dari anak Mbah Nun (Emha Ainun Nadjib) yang bernama Sabrang Mowo Damar Panuluh atau
juga dikenal dengan nama Noe LETTO.
Bercerita tentang fikirannya yang sangat liar ketika masih
usia sekolah. Kurang lebih seperti ini.
Pertama, Tuhan kan maha adil. Jawabannya tentu saja.
Kedua, Tuhan pasti akan memasukkan syaitan ke neraka (karena
pembangkangannya)? Jawabannya tentu saja, seperti yang ada dalam Al Quran.
Ketiga, menurut beberapa sumber yang sempat saya baca, bahwa
syaitan itu juga punya anak dan ber-regenerasi.
Yang menjadi Pertanyaan selanjutnya adalah apabila ada
syaitan yang lahir satu detik sebelum kiamat, dalam artian si anak syaitan
tersebut belum melakukan upaya-upaya untuk menjerumuskan manusia ke dalam dosa.
Apakah anak syaitan tersebut akan tetap masuk neraka atau tidak?
Dengan frasa-frasa sebelumnya, jawaban dari pertanyaan
tersebut sangat sulit dijawab dan diterima oleh akal. Dan tentu saja itu sangat
mengganggu fikirannya.
Hingga pada suatu saat dia melemparkan pertanyaan yang sama
kepada seorang bangsa Arab (untuk lebih tepatnya nama dan tempatnya saya lupa).
Setelah mendengar pertanyaan tersebut, si orang Arab tidak langsung menjawab
tetapi malah tersenyum. Sejenak kemudian si orang Arab tersebut malah
melemparkan pertanyaan.
Apakah kamu tau cara berkembang biak/ ber-reproduksi dari
syaitan? Apakah melahirkan seperti manusia? Apakah bertelur seperti Ayam? Atau bahkan
justru memperbanyak dirinya dengan cara membelah diri seperti Amoeba? Kita
semua sama-sama belum tahu pasti bagaimana syaitan memperbanyak dirinya. Tetapi
untuk sedikit memuaskan akal fikiran kita yang sangat terbatas, maka jawabannya
bisa saja dengan cara membelah diri. Jika memang demikian, maka syaitan yang
membelah diri satu detik sebelum kiamat tentu saja akan masuk neraka. Karena setiap
bagian dari syaitan itu sama-sama telah melakukan upaya-upaya menjerumuskan
manusia untuk berbuat dosa.
Seketika dia baru sadar, seberapa terbatasnya fikiran dan
pengetahuan manusia. Sehingga pada akhirnya dia mengakui dan menyimpulkan bahwa
yang paling utama adalah iman dan posisinya pasti diatas akal. Sehingga jika
dikemudian hari menemukan hal-hal yang bertentangan di dalam Al Quran itu
karena terbatasnya fikiran dan pengetahuan kita. Dan jika masih belum menemukan
mana yang paling benar, maka Iman lah yang harus benar-benar kita pegang.
Kembali ke fikiran saya yang telah lama mengganggu, saya
sedikit tercerahkan. Meskipun pertanyaannya tidak lah sama. Point nya adalah
kita jangan goyah dengan ke-Iman-an kita. Dengan terus-menerus mencari jawaban
atas setiap pertanyaan-pertanyaan yang muncul di benak kita. Jika masih belum
menemukan jawabannya, kita iman saja dengan apa yang telah Allah SWT Firman kan
dalam Al Quran. Karena sesungguhnya pengetahuan kita lah yang sangat terbatas dan tentu saja sangat
mustahil untuk bisa memikirkan semuanya yang tak terbatas.
Cimenteng, 9 Oktober 2018 pukul 22:16