Selasa, 09 Oktober 2018

Terbatasnya Kita


Bismillahirohmaanirrohiim..
Sudah lama tidak pernah menulis, dan alasannya bisa bermacam-macam. Dari mulai alasan yang memang sukar terhindarkan seperti kesibukan sehari-hari, atau alasan standard seperti tidak adanya fasilitas. Tapi yang paling substansi yaitu tidak adanya komitmen yang kuat untuk selalu menulis.
Untuk tulisan kali ini, mungkin lebih tepat sebagai curahan hati atas kegelisahan tentang fikiran yang terbatas yang memikirkan sesuatu yang tak terbatas. Dan sangat mengguncang hati dan fikiran saya. Dan maaf saya tidak bisa menuliskan secara gamblang apa yang selalu terlintas di fikiran saya. Karena saya khawatir dan tidak ingin anda semua yang membaca tulisan ini akan malah terguncang fikiran dan iman nya. Bisa dibilang saya tidak ingin menyebarkan virus fikiran saya yang akan sangat mengganggu anda semua dikemudian hari.
Sudah lama fikiran itu muncul, mungkin sejak saya SMP. Bahkan ketika kuliah dan bertemu dengan mata kuliah Filsafat, fikiran itu seakan menjadi-jadi. Karena biasanya mahasiswa yang baru berkenalan dengan filsafat akan berfikiran aneh-aneh, terkadang terlalu menuhankan logika. Akan berbeda dengan orang-orang yang sudah memahami filsafat sesungguhnya, yang seharusnya lebih bijaksana.
Kemudian setelah saya bekerja, bahkan hingga saat ini fikiran itu selalu ada tapi bedanya sekarang fikiran tersebut seolah punya jawaban. Jawaban tersebut setelah saya menonton youtube tentang pemaparan dari anak Mbah Nun (Emha Ainun Nadjib) yang bernama Sabrang Mowo Damar Panuluh atau juga dikenal dengan nama Noe LETTO.
Bercerita tentang fikirannya yang sangat liar ketika masih usia sekolah. Kurang lebih seperti ini.
Pertama, Tuhan kan maha adil. Jawabannya tentu saja.
Kedua, Tuhan pasti akan memasukkan syaitan ke neraka (karena pembangkangannya)? Jawabannya tentu saja, seperti yang ada dalam Al Quran.
Ketiga, menurut beberapa sumber yang sempat saya baca, bahwa syaitan itu juga punya anak dan ber-regenerasi.
Yang menjadi Pertanyaan selanjutnya adalah apabila ada syaitan yang lahir satu detik sebelum kiamat, dalam artian si anak syaitan tersebut belum melakukan upaya-upaya untuk menjerumuskan manusia ke dalam dosa. Apakah anak syaitan tersebut akan tetap masuk neraka atau tidak?
Dengan frasa-frasa sebelumnya, jawaban dari pertanyaan tersebut sangat sulit dijawab dan diterima oleh akal. Dan tentu saja itu sangat mengganggu fikirannya.
Hingga pada suatu saat dia melemparkan pertanyaan yang sama kepada seorang bangsa Arab (untuk lebih tepatnya nama dan tempatnya saya lupa). Setelah mendengar pertanyaan tersebut, si orang Arab tidak langsung menjawab tetapi malah tersenyum. Sejenak kemudian si orang Arab tersebut malah melemparkan pertanyaan.
Apakah kamu tau cara berkembang biak/ ber-reproduksi dari syaitan? Apakah melahirkan seperti manusia? Apakah bertelur seperti Ayam? Atau bahkan justru memperbanyak dirinya dengan cara membelah diri seperti Amoeba? Kita semua sama-sama belum tahu pasti bagaimana syaitan memperbanyak dirinya. Tetapi untuk sedikit memuaskan akal fikiran kita yang sangat terbatas, maka jawabannya bisa saja dengan cara membelah diri. Jika memang demikian, maka syaitan yang membelah diri satu detik sebelum kiamat tentu saja akan masuk neraka. Karena setiap bagian dari syaitan itu sama-sama telah melakukan upaya-upaya menjerumuskan manusia untuk berbuat dosa.
Seketika dia baru sadar, seberapa terbatasnya fikiran dan pengetahuan manusia. Sehingga pada akhirnya dia mengakui dan menyimpulkan bahwa yang paling utama adalah iman dan posisinya pasti diatas akal. Sehingga jika dikemudian hari menemukan hal-hal yang bertentangan di dalam Al Quran itu karena terbatasnya fikiran dan pengetahuan kita. Dan jika masih belum menemukan mana yang paling benar, maka Iman lah yang harus benar-benar kita pegang.

Kembali ke fikiran saya yang telah lama mengganggu, saya sedikit tercerahkan. Meskipun pertanyaannya tidak lah sama. Point nya adalah kita jangan goyah dengan ke-Iman-an kita. Dengan terus-menerus mencari jawaban atas setiap pertanyaan-pertanyaan yang muncul di benak kita. Jika masih belum menemukan jawabannya, kita iman saja dengan apa yang telah Allah SWT Firman kan dalam Al Quran. Karena sesungguhnya pengetahuan kita lah yang sangat terbatas dan tentu saja sangat mustahil untuk bisa memikirkan semuanya yang tak terbatas.


*tulisan ini hanya ditulis selama 30 menit-an dan langsung dimasukkan ke blog. jadi belum sempat melalui proses edit.
Cimenteng, 9 Oktober 2018 pukul 22:16